Friday, September 12, 2008

DASAR KATROK

Ini adalah kisah pengalaman saya waktu liburan ketika mudik kampung pada bulan Juli yang lalu. Pagi itu, saya sedang sarapan pagi dengan keluarga kakak saya, lesehan di njogan. Ketika kami sedang asik makan sambil ngobrol, datanglah keponakan saya, dengan tergopoh-gopoh dia menangis dan merangkul saya yang sedang makan. Diiringi tangisan gembira dia mengatakan: "De, aku akan dapat mobil, ayo de...cepat, kita harus pergi bank". Suasana sarapan jadi berubah dengan tangisan gembira. Tapi semua menjadi terbengong-bengong. Setelah sadar dari kekagetan, kami bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Kemudian keponakan saya menceritakan apa yang terjadi pada pagi itu. Ketika dia mencuci pakaian bayi anaknya, dia membuka bungkusan sabun cuci bubuk dari Soklean. Didalam bungkusan kecil itu dia menemukan dua helai kertas. Satunya menyatakan bahwa 'anda beruntung mendapatkan paket hadiah langsung Toyota Inova' dan kertas yang lain adalah pernyataan dari tiga departemen yang mendukung kebenaran dari kertas berhadiah itu. Di dua kertas itu juga dicantumkan nomer telpon untuk kontak langsung kepada orang yang menangani masalah hadiah ini..
Setelah mendapat undian berhadiah itu, keponakan saya langsung kontak nomer telpon yang tercantum disitu. Disambut dengan ramah dan meyakin oleh seorang bapak. Pelayanannya sangat memikat dan meyakinkan bahwa keponakan saya benar-benar mendapat rejeki nomplok berupa hadiah mobil Toyota Inova. Bapak itu mengatakan bahwa semua hadiah akan diantar ditempat sebelum jam 14.00. Namun untuk bisa membawa hadiah sampai di alamat, mereka membutuhkan biaya administrasi. Jumlah yang diminta adalah 6,900,000/- [enam juta sembilan ratus rupiyah], dan uang itu harus ditrasnfer sebelum jam 14.00 ke Bank Mandiri, dengan rekening yang juga sudah disebutkan. Inilah yang menjadi alasan kenapa keponakan saya menemui saya, padahal dia tinggal agak jauh dari rumah kami. Dia mengajak saya segera ke Bank dan mentransfer uang yang diminta secepat mungkin sebelum jam yang ditentukan.
Jarak dari desa saya ke bank yang ditunjuk agak jauh, kurang lebih 18 kilo meter. Bank itu terletak di ibukota kabopaten. Dengan tergesa-gesa kami mempersiapkan diri untuk segera ke kota. Dengan penuh harapan akan mendapat mobil gratis yang diimpikan setiap orang kami berangkat ke Metro. Laju sepeda motor kami berjalan cepat, dengan harapan bahwa kami tidak akan terlambat. Ketika kami sedang di jalan, bapak itu telpon kami berkali-kali. Memastikan bahwa kami memang sedang pergi ke bank untuk mentransfer uang itu. Simpinan uang kami ada di BCA, untuk bisa transfer uang ke Bank Mandiri kami harus mengambil uang itu dari BCA lebih dulu. Hari itu adalah hari Senin, bank penuh dengan antrian panjang para nasabah. Kami sudah kwatir bahwa kami tidak bisa mentransfer uang itu sebelum jam yang ditentukan.
Ketika sampai di bank, saya langsung ambil kertas slip pengambilan uang, sementara keponakan saya berdiri di antrian. Nah ketika saya sedang mengisi slip pengambilan, saya mendapat telpon dari keponakan perempuan saya. Dia menangis dan berteriak-teriak supaya saya tidak berbuat apa-apa. Bahkan menyuruh saya keluar dari bank.
Saya memenuhi permintaannya. Lalu dia cerita apa yang akan terjadi bila saya melakukan apa yang diminta orang dari agen itu. Kemudian saya minta nasehat dari dia, apa yang harus saya buat sekarang ini. Dia menasehati saya untuk pergi ke shopping mall Chandra, yang ada di Metro, supaya saya menemui karyawan stand dari soklean, Kemudian minta permisi untuk bisa ketemu langsung dengan staff dari kantor perwakilan. Kami pergi ke stand soklean di shopping mall dan menanyakan perihal bagi-bagi hadiah dari pabrik ini. Mbak yang menjaga stand mengatakan bahwa tidak ada bagi-bagi hadiah dari produk mereka kecuali hadiah langsung dari bungkus kecil yang dikorek-korek. Itupun cuma hadiah kecil. Dia tanya ada apa, keponakan saya masih tetap merahasiakan apa yang dia dapat. Dia sudah diingatkan sebelumnya oleh karyawan di Jakarta, supaya tidak memberitahu kepada siapapun. Karena menurut dia, kalau nanti ada orang lain telpon, maka hadiah akan batal. Setelah mendapat jawaban dari penjaga stand itu, kami masih kurang yakin. Lalu saya minta ijin untuk bisa ketemu dengan staff perwakilan. Bisa, dia bilang, tetapi nanti setelah jam 13.00, karena dia tidak ada di kantor saat itu. Kemudian saya menanyakan apakah ada nomer telpon yang bisa dihubungi. Kemudian mbak itu menunjukkan kepada kami bungkusan besar, disitu kita mendapatkan nomer telpon untuk menerima pangaduan pelanggan. Keluar dari shopping mall, saya langsung telpon nomer pengaduan pelanggan. Syukur, bisa langsung sambung dan diterima oleh seorang wanita. Saya menanyakan apakah so klean lagi bagi-bagi hadiah, dia menanyakan ada apa. Lalu saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan kami. Kemudian ibu itu menjawab bahwa semua itu adalah 'bohong' dan tidak benar. Dia meminta kami untuk mengabaikan saya permintaan si orang itu. Wuah.. kok bisa...? Pikiran saya mulai mengusik hati saya.
Dengan jawaban dari kantor pusat Jakarta, kami menjadi yakin bahwa kami kena tipu. Keponakan saya yang sudah merasa ditipu dan hampir jadi korban penipuan ini tidak terima diri. Dia mengatakan bahwa sudah kehilangan banyak pulsa untuk menghubungi orang itu. Sekarang gantian kami yang akan 'ngerjain' si penipu ulung ini. Orang itu tetap memonitor kami, dan bertanya bagaimana keadaan kami. Sekarang kami gantian berbohong dengan dia, kami mengatakan bahwa saat ini kami sedang antri dan antrian panjang sekali. Masih ada lebih dari tiga puluh orang didepan kami. Maka tidak mungkin bagi kami untuk mengambil uang di bank BCA lalu masih harus transfer ke Bank Mandiri, akan makan waktu lama. Orang itu lalu merubah pikiran, bahwa uang tidak perlu transfer lewat bank Mandiri, tapi langsung saja dari Bank BCA ke rekening BCA. Setelah itu dia kirim sms memberikan nama dan nomer rekening di BCA. Sementara itu kami sudah dalam perjalanan pulang dan hampir sampai di rumah.
Ketika kami sudah dirumah, orang ini masih tetap kontak keponakan saya. Dia semakin menggila 'ngerjani' orang ini. Dia mengatakan bahwa dia sudah hampir sampai, tinggal tiga orang didepannya. Padahal waktu saat itu sudah lebih dari jam 14,00. Dan akhirnya orang itu telpon lagi dan keponakan saya mengatakan bahwa proses transfer uang lagi dikerjakan. Orang itu menanyakan detail slip transfer uang. Keponakan saya enggak kurang akal, dia matikan hpnya, lalu dihidupkan lagi. Mengatakan maaf bahwa batu baterainya lagi ngedrop. Dan setelah merasa bahwa pulsa penipu itu juga terkurang habis, keponakan saya mengirim sms ke orang itu. "Tahu rasa lo... kamu nipu saya, gantian kamu aku bohongin".
Vivat Cor Jesu
V. Teja Anthara SCJ
Susu, Kerbau dan Sapi
Tiga kata yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari orang India, baik yang berasal dari utara sampai ujung selatan. Orang India, baik dari bayi sampai kakek nenek, tidak pernah bisa dipisahkan dari susu. Susu adalah minuman utama yang harus ada dan tersedia disetiap rumah, baik dari rumah gedongan sampai cuma rumah kerdos di pemukiman kumuh, baik di kota metropolitan sampai desa terpencil. Kerbau dibeberapa tempat merupakan binatang yang menjadi tanda kemakmuran. Binatang ini menjadi binatang yang sangat berharga. Dipelihara dengan begitu penuh perhatian, dan bahkan sering diperlakukan sebagai anggota keluarga. Kandangnya pun ditempatkan tidak jauh dari tempat tidur mereka. Bauk kerbau bagi mereka tidaklah menjadi masalah, mereka sudah menyatu dengan binatang berharga ini. Sedangkan sapi adalah binatang yang di sucikan. Di berbagai tempat sapi menjadi obyek pujaan, karena bagi agama Hindu sapi adalah kendaraan tumpangan Batara Guru, atau lebih dikenal sebagai Deva Shiva. Dikota-kota besar, sering kita jumpai sapi bebas berkeliaran kemana-mana. Bahkan banyak orang yang memanfaatkan apa saja yang keluar dari sapi itu, dari susu sampai kotorannya. Didesa sapi menjadi sumber hidup yang memenuhi banyak kebetuhan keluarga.
Kalau ditempat lain sapi dan kerbau menjadi teman petani karena tenaganya digunakan sebagai tenaga pembajak atau penarik gerobak, tidaklah demikian halnya dengan sapi dan kerbau di India. Masyarakat India jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan dua binatang ini sebagai tenaga pembantu manusia. Mereka adalah sumber utama susu yang menjadi minuman utama sehari-hari masyarakat India. Maka tidak mengherankan bila dimana-mana kita akan menemukan dua binatang ini hidup dekat dengan keluarga. Dua binatang ini memberikan susu peras yang tidak pernah berhenti sepanjang tahun. Dua kali sehari, pagi dan sore mereka memeras susu sapi ini untuk diminum, atau kalau banyak juga untuk dijual. Maka tidak mengherankan menurut penelitian dunia, India adalah penghasil dan pengguna susu terbesar di dunia.
Karena alasan bahwa susu adalah kebutuhan utama masyarakat India, di hampir semua seminari-seminari di India memelihara sapi atau kerbau untuk mengurangi pengeluaran pembelian susu, atau juga untuk menambah pamasukan uang untuk biaya hidup mereka. Demikian pula di Dehon Vidya Sadhan, Aluva tempat para mahasiswa filsafat dari kongregasi SCJ sedang belajar. Para seminarist yang jumlahnya 32 orang ini, setiap hari minum susu dua kali. Bila kami membeli dari masyarakat, setiap bulan kita membutuhkan cukup banyak susu. Sehari kita membutuhkan kurang lebih 8 liter dengan harga perliter Rs. 13/- [kurang lebih Rp 4000/-]. Maka untuk mendapatkan kualitas susu yang murni dan memenuhi kebutuhan para frater, sejak kehadiran rumah filasafat, di kebun belakang kami dipelihara sapi dan binatang ternak lainnya.
Keberadaan sapi di komunitas kami ini cukup mempunyai sejarah yang panjang. Pada awalahnya kami hanya membeli satu induk sapi, dan dari satu induk ini, kebutuhan susu bisa terpenuhi. Sesuai dengan berjalannya waktu, induk sapi ini beranak pinak. Sehingga sapi yang ada di kandang kami ini adalah generasi ketiga dari induk sapi yang kami beli pertama kali. Jumlah yang ada sekarang adalah empat sapi, satu induk sapi yang memberi susu untuk 40 orang di komunitas. Satu anak sapi dan dua sapi jantan salah satunya tinggalan dari induk yang mati waktu melahirkan. Dua sapi induk kami mati. Induk sapi yang pertama kami beli mati ketika melahirkan karena sakit.Tetapi beruntung bahwa anaknya bisa bertahan hidup sampai sekarang. Yang kedua belum lama ini, anak dari induk pertama ini juga mati ketika melahirkan, malah bedah sesar, tetapi sayang bahwa kedua-duanya mati, induk dan anaknya tidak tertolong. Pernah satu sapi betina kami yang sedang mengandung hilang di curi orang.
Aneh tapi nyata dan ini hanya terjadi di India. Kebiasaan ditanah air kita, terutama di Jawa, kalau ada sapi mati, ini merupakan kesempatan makan enak bagi masyarakat sekitarnya. Walaupun sapi itu mati atau disembelih karena sakit, masih mendatangkan untung karena masih bisa dijual dagingnya. Tidaklah demikian di India, pernah terjadi dalam waktu berbeda, dua sapi kami yang mati langsung dikubur, dagingnya tidak dimanfaatkan dan dimakan.. Dua kali kami bekerja keras membuat lobang untuk menguburkan sapi seberat hampir satu ton ini. Dalam hati saya menggerutu, tetapi inilah budaya India. Mereka tidak akan pernah makan daging apapun dari peliharaannya sendiri. Apalagi yang merawat sapi kami adalah tukang kebon yang beragama Hindu, mereka tidak akan menyentuh daging sapi ini.
Kebiasaan minum susu di India cukup aneh. Kalau dibanyak tempat, sebelum susu itu siap diminum, harus dpersiapkan melalui proses pabrik yang cukup panjang. Apakah akhirnya akan menjadi bubuk instant atau susu kental, baru kemudian siap untuk disajikan. Kalau di India sederhana sekali. Susu diperas langsung dari induk sapi atau kerbau, lalu direbus dengan teh atau kopi, lalu langsung diminum. Jadi sungguh segar dan murni, tidak ada proses perfilteran atau apa proses yang lainnya. Bahkan kami pernah punya pengalaman unik. Suatu hari saya pergi mengunjungi keluarga salah satu frater kami. Karena kami tidak memberi tahu kehadiran kami, karena mereka tinggal di desa dan waktunya pas nangung ketika kami datang, keluarga itu baru saja pulang dari ladang. Tidak ada apa-apa dirumah, dan biasanya minuman yang dihidangkan untuk tamu adalah teh susu. Maka ibu dari frater kami itu langsung ambil ember kecil, duduk didekat kerbau dan langsung memeras susu. Kami langsung menyaksikan dengan kepala mata kami sendiri. Setelah dapat secukupnya, langsung direbus dan disajikan ke kami. Jadilah hidangan susu yang nikmat.
Inilah sekilas kisah mengenai sapi, kerbau dan susu. Di seminari menengah kami di Andhra kami juga memelihara kerbau, malah karena kebutuhan susu untuk para seminari sudah terpenuhi dan kami kelebihan susu, maka kami jual susu itu ke susteran dekat dari seminari kami. Sedangkan di komunitas teologi, kami pernah mendengar bahwa mereka pernah mendapatkan bantuan dari Jakarta untuk membeli kerbau, hingga sekarang ini mereka belum merealisasikannya. Saya sendiri tidak tahu alasan utama, tetapi dengan pasti mereka akan membeli dan memelihara kerbau untuk menjawab kebutuhan susu komunitas mereka. Kalau tidak mereka tidak akan pernah mendapatkan susu murni dari kerbau mereka. Karenan kebanyak susu yang dijual di pasaran, biasanya sudah dicampuri dengan air.

Vivat Cor Jesu
V. Teja Anthara SCJ