Saturday, February 25, 2006

‘APAKAH DIA ITU BENAR-BENAR RAJA?”


Dalam pengantar Misa komunitas pada perayaan Kristus Raja pagi ini, Rm. Thomas Stanley, an Irish, membuka dengan mengajak para frater melihat kenyataan dunia. Kedamaian, kebahagiaan dan kerukunan ternyata masih jauh dari impian setiap manusia. Lihatlah dunia, perang masih tetap berjalan, bunuh membunuh bisa kita saksikan setiap hari dilayar televisi. Litani penderitaan manusia yang mengalami bencana tidak menjadi semakin pendek, tetapi malah semakin panjang. Apakah ini berarti bahwa Jesus gagal menjadi Raja semesta alam. Lalu diawal misa itu beliau melemparkan suatu pertanyaan refleksi, apa makna perayaan kita hari ini, apa maksudnya dengan gelar Kristus Raja semesta alam?
Berbekal pertanyaan inilah, saya memulai kegiatan di hari Minggu penutup tahun liturgi Gereja. Saya memang sangat terusik dengan pertanyaan itu. Dalam renungan saya, saya mencoba mengotak-atik peran Jesus Kristus, sebagai Raja semesta alam dalam hidupku, dan dalam hidup di dunia ini pada umumnya. Sementara itu, Injil hari ini memperkuatan gundah gulana hatiku. Saya mencoba menempatkan diri saya sebagai Pilatus yang bertanya kepada Jesus; "Apakah kamu seorang Raja?" Jawaban Jesus memang jelas, bahwa Dia adalah Raja, tetapi kerajaanNya bukan dari dunia ini. Lalu....dari mana, siapa yang Jesus 'Rajai' itu?
Hari ini, setelah perayaan ekaristi di komunitas, bersama dengan para frater tingkat I Filasat, kami pergi ke Seminari Dehon Bhavan, di Kumbalanghy. Jarak dari rumah kurang lebih 60 km. Dengan naik bus umum ala India, karena memang khas, setelah kurang lebih tiga jam perjalanan, kami sampai ditempat tujuan. Disambut oleh wajah-wajah cerah calon-calon SCJ masa depan, kami memulai acara kunjungan kami. Tidak ada yang formal, karena ini kunjungan keluarga. Tetapi menjadi bermakna bagi mereka, karena kesempatan ini menjadi sarana bagi mereka untuk saling mempererat persaudaraan mereka. Terutama karena para frater yang tinggak sekomunitas dengan saya datang dari berbagai states yang ada di India. Sementara seminari menengah kami di Kumbalanghy tinggal anak-anak yang berhasal dari Kerala dan dari Tamil Nadu perbatasan, yang sudah terbiasa berbicara bahasa Malayalam. Sharing perkelompok membuka acara kami, lalu dilanjutkan makan siang, dan akhirnya olah raga. Volley ball dan basket ball adalah acara olah raga kami, namun tidak sampai tuntas, karena jam 03.00 siang itu ada acara lain yang harus mereka ikuti. Sebenarnya acaranya jam 04.00 tepat dimulai, namun mereka butuh persiapan, maka olah raga harus selesai sekitar jam 03.00.
Sekitar jam 03.30 banyak sekali umat berdatangan di depan kapel seminari. Sementara itu disepanjang jalan dari perbatasan sampai ujung pulau Kumbalanghy sudah dihiasi dengan rumbai-rumbai kertas dan janur. Ternyata umat yang datang di seminari kami itu adalah umat yang bersasal dari Paroki dimana kami tinggal. Semakin mendekati jam yang ditentukan umat semakin banyak. Beberapa orang sedang mempersiapkan patung Jesus Sang Raja dan menghiasi dengan rangkaian bunga. Patung inilah akan diarak menuju tempat yang telah ditentukan.
Di pulau ini, yang tidak terlalu besar, ada lima paroki. Mayoritas penduduk pulau ini memang Katolik. Bahkan sering disebut Katolik yang cukup tradisionil, dan sangat kuat dalam hal devosi. Banyak tokoh-tokoh penting di state ini datang dari daerah ini. Tetapi daerah ini juga terkenal juga sebagai daerah yang sederhana, bahkan sedikit agak 'desani'.Orangnya menjadi bahan ejekan; "kumbalanghy kara'. Kalau kita biasa bilang "dasar orang kubu lu", kalau mau mengatakan bahwa orang itu kurang 'beradab'. Hari ini, dalam merayakan Jesus Kristus Raja Semesta alam, lima paroki dari pulau ini berkumpul bersama untuk mengadakan perayaan Ekaristi. Perayaan ini bukan yang pertama kalinya dan hal yang asing bagi mereka, karena hal yang sama selalu dilakukan setiap tahun. Hanya tempat parokinya yang berpindah-pindah. Dan pada tahun ini perayaannya jatuh di paroki Hati Kudus Jesus, paroki tetangga yang jauhnya kurang lebih 5 kilo meter dari seminari kami.
Tepat jam 04.00 rombongan umat dari paroki St. George, dikomandani oleh pastor paroki berangkat dari kapel seminari menuju tempat perayaan Ekaristi dilangsungkan. Barisan prosesesi berjalan rapi memenuhi jalan Kumbalanghy yang sempit. Mereka berjalan dua baris. Barisan paling depan, lebih dari dua puluh orang membawa umbul-umbul dan simbol dari paroki ini. Diikuti oleh barisan anak-anak dan orang tua. Sementara bagian belakang dipanggulnya patung Kristus Raja. Apa yang mereka lakukan sepanjang prosesi? Biasanya mereka berdoa rosario, tetapi kali ini mereka meneriakkan yel-yel khusus. Persis kaya rombongan kampanye yang meneriakan 'yel' partai mereka. Dalam hal protes, kampanye dan mogok, India memang ahlinya. Selalu tertip dan teratur. Demikian pula halnya dengan peraraan ini, mereka meneriakan 'Hidup Jesus' "Jaya abadi Namanya", dan berbagai 'yel-yel' dalam bahasa mereka. Semua yang ikut dalam barisan berteriak-teriak bergantian. Sementara itu barisan semakin lama semakin panjang, banyak umat yang rumahnya dilalui bergabung dengan barisan prosesi ini. Mereka telah menunggu sepanjang jalan. Banyak orang yang juga datang ke jalan melihat perarakan meriah. Sementara lalu lintas tetap berjalan lancar. Hal ini terjadi karena masyakat memang sadar akan hak mereka. Pemerintah membolehkan segala bentuk prosesi apapun, asal tidak membuat lalu lintas menjadi macet dan terganggu. Maka walaupun seringkali jalan dipenuhi oleh manusia, tetapi dikala bus dan kendaraan lewat, mereka akan minggir dengan sendirinya tanpa disuruh.
Selain umat menyambut ditepi jalan, banyak juga rumah-rumah umat yang menyambut perarakan ini dengan bunyi mercon yang sangat memekakkan terlinga. Bunyinya kayak 'bom' yang pernah meledak di Indonesia, bedanya bunyi ini adalah bunyi penghormatan akan lewatnya Sang Raja, bukan bunyi yang membunuh puluhan orang yang tak berdosa. Perjalanan perarakan ini semakin panjang, sementara tujuan kami sudah semakin dekat. Tanpa terasa jarak lima kilometer telah kami tempuh, rasa capek tidak terlalu terasa. Sebenarnya kondisi badan saya sendiri belum terlalu sehat. Saya baru saja bangun dari istirahat panjang, empat hari merasa 'liveliness' atau loyo tanpa energi karena penyakit lama saya yang tak terperhatikan. Saya sungguh merasa menikmati perarakan ini. Sehingga rasa capek tidak terlalu saya rasakan.
Hal indah yang saya lihat dalam perarakan ini adalah, ketika rombongan perarakan panjang kami sampai diperbatasan paroki. Umat diparoki dimana akan diselenggarakan Ekaristi juga menyambut kami dalam antrian panjang dari Gereja sampai diperbatasan. Luar biasa memang. Setelah semua perarakan memasuki daerah paroki ini mereka bergabung dengan kami dengan menempatkan diri dibelakang patung Jesus dari paroki kami. Lalu bersama-sama menuju ke Gereja mereka. Ada suatu gejolak rasa kagum dan decak haru dalam hati saya. Sungguh luar biasa, dan inilah umat dari Sang Raja yang 'kerajaanNya bukan dari dunia ini'.
Decak kagum semakin membesar dimulut saya, ketika saya tahu bahwa umat dari 4 paroki yang lain, ternyata juga melakukan hal yang sama. Mereka berprosesi menuju ke Gereja ini. Dan akhirnya rimbuan umat berkumpul bersama dalam satu gema suara memuji sang Raja. Sungguh..... genderang ala India, membahana mewarnai akhir perarakan ini, sementara suara mercon yang menggelegar terus terdengar bergantian. Dan ternyata pesta ini Kristus Raja yang dirayakan dengan cara ini tidak hanya terjadi di Kumbalanghy, tetapi juga disuluruh keuskupan Cochin. Bukan hanya itu...lebih lagi, malah dirayakan diseluruh Gereja-gereja di India. Bayangkan..... mereka merayakannya dengan membuat prosesi. Hal yang sulit untuk bisa dibayangkan, bila hal yang sama akan terjadi di Indonesia. Sebenarnya mereka adalah 'minoritas' di India, namun mereka berani menampakkan identitas mereka dan mewartakan Kristus dengan gayanya yang khas. Mereka mempunyai hak kebebasan itu, dan pemerintah melindungi dan menghargainya. Kapan hal yang demikian akan terjadi ditanah air tercinta..?
Pertanyaan keprihatian yang mengawali misa pagi ini di komunitas, akhirnya terjawab. Penghiburan batin yang luar biasa saya dapat pada hari ini. Tidak hanya ketika anak didik kami bertemu dengan saudara seperjuangannya dan merasa semakin kenal satu sama lain. Tetapi juga terhadap keprihatinan saya akan situasi dunia saat ini. Bagaimanapun Jesus Kristus adalah tetap Raja di raja apapun situasi yang terjadi didunia. Ia adalah raja kebenaran dan damai. Dia menjadi raja bukan dengan kuasa manusia dan memerintah dengan tangan besi. Tetapi Dia adalah Raja dan sungguh-sungguh "Raja" bagi mereka yang mau menerimaNya dan menjalankan hukum pemerintahNya, yakni hukum kasih dan pengampunan. Didalam hati umat yang menjalankan hukumNya, dia sungguh meraja. Semoga semakin banyak orang yang merasa dan mengalami, bahwa 'rajai' oleh kuasan kasihNYa. Amin.


V. Teja Anthara SCJ
Kerala - India.

No comments: