Saturday, February 25, 2006

MENEBAR JALA, MENANGKAP IKAN PANGGILAN (4)

Dari desa kecil yang makmur namun tetap miskin itu, kami melanjutkan perjalanan promosi panggilan kami. Dari desa K.K. Pudur menuju sebuah kota kecil di Tirupattur. Kota ini terletak didaerah tengan Tamil Nadu, antara Andhra Pradesh dan Madras. Untuk sampai dikota kecil itu, saya menempuh perjalanan naik bus hampir sehari penuh. Berangkat dari desa Pudur jam 08.00 pagi dan sampai di tujuan sekitar jam 07.30 malam. Lagi, suatu perjalan panjang yang melelahkan. Mengapa melelahkan, karena seharian duduk dibangku bus yang sempit. Kaki hampir tidak bisa digerakkan. Selain itu jangan berpikir bahwa di India kita bisa dengan mudah mendapatkan mobil AC yang mewah dan nyaman. Bus macam ini mulai muncul dikota-kota besar, namun biasanya operasional sangat terbatas. Dan biasanya hanya untuk orang-orang yang berduit.
Dalam perjalanan menuju Tirupattur saya menyempatkan diri mengunjungi Sacred Heart College di Poonamalee, Madras. Suatu seminari tinggi yang sangat terkenal di daerah utara India. Didirikan oleh para pastor dan kongregasi Salesian, dan sekarang ini admintrasinya ditangai oleh Keuskupan. Selain seminari ini menjadi tempat pendidikan para calon imam dari State Tamil Nadu, mereka juga menerima para calon imam dari berbagi keuskupan di India. Bahkan ada banyak kongregasi yang mengirim para calon imamnya di seminari tinggi ini. Mereka menyelenggarakan dua program, yakni filsafat dan teologi sekaligus. Tujuan kunjungan saya adalah mencari informasi mengenai program teologi di sini. Sebenarnya kunjungan ini tidak saya rencanakan sebelumnya, tetapi karena informasi yang saya peroleh dari imam setempat sangat menarik, dan ditambah pesan dari Romo Superior untuk mencari informasi mengenai college untuk teology, maka saya menyempatkan diri mampir di seminari ini. Lokasinya pun ada di jalan raya menuju kota kecil yang akan kami kunjungi.
Gedung megah dengan rimbunan pohon-ponan besar dan berada dilokasi yang sangat luas itulah tempat seminari itu. Ketika saya masuk lokasi itu, ada perasaan nyaman dan segar. Situasi seminari itu memberikan rasa damai bagi para calon imam yang belajar di situ. Jauh dari keramaian kota, namun bisa ditempuh dengan mudah, karena jarak dari jalan raya ke lokasi hanya sekitar dua ratus meter. Setelah bertemu dengan resepsionist, saya disambut dengan ramah oleh Romo wakil rektor. Sambutannya membuat kami merasa krasan, dan hampir semua informasi yang kami harapkan dari seminari tinggi ini kami peroleh sudah.
Informasi yang paling menarik dan kiranya inilah yang kami butuhkan adalah bahwa seminari itu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kuliah. Selain itu mereka juga mengajarkan paket pastoral yang sangat menarik. Misalnya pastoral untuk anak muda menjadi prioritas dalam katekese mereka. Animasi untuk penggerak kegiatan sosial untuk masyarakat desa menjadi bagian penting dari kepedulian mereka terhadap orang-orang kecil. Tidak hanya itu, bahkan bekerja sama dengan para konggregasi dan lembaga swadaya masyarakat, mereka mengadakan kelompok studi sosial yang memberi perhatian pada para gelandangan, pengemis dan orang-orang terlantar. Mereka juga memberi porsi lumayan imbang mengenai ajaran sosial Gereja. Dan yang unik dan hanya ada di India, mereka mulai mengajarkan "Teology of Dallit Christianity". Ini merupakan suatu daya tarik kami, karena kehadiran konggrasi kami di India mempunyai arah pastoral masa depan pada keadilan dan sosial, serta pelayanan pada orang-orang kecil dan miskin. Mungkin inilah tempat yang tepat untuk menggembleng para calon-calon imam masa depan konggregasi kami. Semoga....kehendak Tuhan yang terjadi.
Waktu berjalan pelan namun pasti, saat makan siang pun menjelang sudah. Saat itu pula kami mohon pamit, sebelum kami meninggalkan komplek seminari yang luas dan indah itu, keramahan romo itu masih boleh kami rasakan dengan memberi kepada kami jamuan makan siang. Lumayan, waluapun semua vegetarian, karena hari itu adalah hari Jum'at, namun membuat kami merasa kanyang juga. Cukup sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh ini.
Mencari bus jurusan Vellore tidaklah susah. Hampir setiap bus antar kota pasti melewati kota yang lumayan besar di daerah tengah Tamil Nadu ini. Maka tidak terlalu lama kami menunggu, bus jurusan Vellore kami peroleh. Dari kota itu, kami akan ganti bus yang menuju Tirupattur. Sepanjang jalan mata saya tetap terjaga. Kantuk menyerang begitu berat, tetapi tidak ada tempat duduk yang bisa menjadi sandaran kepala saya, untuk sekedar membuat mata ini merem. Semua dari besi, lagi pula jalannya pun tidak semulus jalan tol. Gronjalan membuat kepala sakit bila terbentur dengan besi sadaran kursi itu. Maka untuk menghilangkan rasa kantuk, saya menikmati pemandang di sepanjang jalan. Banyak sekali perubasahaan besar yang terkenal mempunyai pusat produksinya di situ. Dari garmen sampai dengan mobil. Bahkan saya lihat ada pabrik assemble mobil Hundai dan Ford ada disitu.
Dari sekian banyak pemandangan disapajang jalan yang paling menarik adalah tempat terbunuhnya Perdana Mentri Rajeev Gandhi. Sebagaimana kita ketahui bahwa dia mati pada saat sedang mengadakan kampanye di Tamil Nadu. Lokasinya ditanah lapang, yang lumayan jauh dari pusat kota. Namun ditempat sepi yang jauh dari keramaian itu dia mati karena bom bunuh diri dari kelompok lawan politiknya. Tempat itu sekarang menjadi monument yang megah dan indah. Tidak lagi menjadi tempat anak-anak bermain Cricket atau sekedar duduk-duduk sambil berjanda dengan teman-temannya. Tidak semua orang boleh masuk ke lokasi itu lagi. Dijaga ketat dan dijadikan monumen bersejarah. Tragis.....tetapi itulah bagian sejarah hidup orang India.
Mobil berjalan cukup cepat, sekali-kali mobil berhenti diperhentian untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Inilah yang bagi saya sungguh mengagumkan. Walaupun hampir semua sopir India itu 'gila', enggak tahu banyak aturan lalu lintas. Tetapi mereka begitu taat terhadap peraturan pemerintah. Mereka tidak berani berhenti disambarang tempat. Para penumpang pun juga tahu, bahwa bus tidak akan pernah berhenti bila tidak ditempat perhentiannya. Maka mereka selalu menunggu bus ditempat pemberhentian bus. Dan biasanya bus antar kota tidak akan banyak berhenti. Maka perjalanan menjadi lancar.

No comments: