Saturday, February 25, 2006

“MENGENANG TIGA BELAS TAHUN YANG LALU’

Mengenang adalah suatu daya usaha 'ingatan' untuk menghadirkan kembali ke 'masa kini dan sini' segala peristiwa, kejadian, yang dialami di masa lalu. "Do this in memory of Me", sabda Jesus kepada para muridNya dalam perjamuan terakhir. Dan peristiwa itu dikenang dan dihadirkan setiap hari dalam perayaan Ekaristi. Ungkapan syukur paling agung dari segala syukur manusia akan kesengsaraan, wafat dan kebangkitanNya, peristiwa penebusan umat manusia. Mengenang untuk disyukuri adalah suatu usaha untuk menjadikan peristiwa itu mempunyai arti dan makna bagi kehidupan masa kini.
Dalam kesempatan ini saya ingin mencoba mengenang dan menghadirkan kembali peristiwa penuh berkat yang terjadi 13 tahun yang lalu. Peristiwa istimewa itu telah mampu mengubah seluruh jalan panggilan dan hidup saya. Peristiwa itu merupakan rahmat yang membuat 'impian' hidup saya menjadi kenyataan. Peristiwa itu membuat langkah hidup saya di masa depan menjadi serba baru dan indah. Peristiwa itu membuat apa 'yang sebenarnya tidak mungkin' bagi hidup saya, "menjadi mungkin dan nyata". Maka saya melihatnya peristiwa itu sebagai 'mukjijat' dalam kehidupan saya. Peristiwa itu tidak lain adalah 'tahbisan imamat' yang telah saya terima dari tangan yang mulia Dr. Hennrisoesanta SCJ uskup Lampung.
Diangka yang menurut banyak orang adalah 'unlucky number' atau angka sial, saya ingin mengenang kembali peristiwa bahagia ini. Hingga saat ini, saya merasakan bahwa tahbisan imamat ini sungguh merupakan 'rahmat' paling agung yang pernah saya terima, selain kelahiran dan rahmat panggilan itu sendiri. Tak seorang 'formator' pun akan berpikir bahwa seorang anak desa yang mempunyai latar belakang keluarga yang cukup 'hitam' akan dipanggil dan dipilih menjadi alatNya. Mengingat dari mana dia datang, tidak mengherankan bahwa dalam proses formatio, sering anak muda ini 'diragukan dan dipertanyakan' apakah dia sungguh serius dan mempunyai motivasi 'murni' untuk menjadi seorang imam. Dan bukti nyata keraguan dari para formator itu adalah ketika mereka 'tidak mengabulkan' permintaan si anak desa ini ketika mengajukan 'kaul kekal'. Tetapi mereka menundanya untuk satu tahun mendatang. Di mata beberapa formator, dia itu dicap sebagai anak malas, kurang 'greget' lambat dan 'klemah-klemah. Kurang tekun dalam belajar, dan cenderung santai. Namun demikian selama pendidikan imamat, dia tidak pernah mengulang ujian. Akhir cap itu dibungkam habis ketika dia membuktikan 'kualitasnya' dan pendadaran bakolereat.
Terbayang jelas diingatan saya saat ini, hari 'h' ketika saya menerima tahbisan. Delapan frater berjalan mantap ke altar Tuhan, diiringi oleh doa keluarga dan sekitar 3000 umat yang merestui kami. Diantara 8 frater itu, tiga diantaranya SCJ dan lima selebihnya adalah calon imam projo Tanjung Karang. Kegembiraan hati saya sudah saya alami, ketika saya mempersiapkan diri alam retret. Saya berjanji dalam diri saya, bahwa hari tahbisan harus menjadi hari yang istimewa dalam hidupku. Karena saya menyadari bahwa 'keberhasilan' saya untuk menerima rahmat ini semata-mata adalah anugerahNya. Panggilan yang saya terus menjawab dalam proses formatio pun merupakan pemberianNya semata. Maka ketika retret persiapan tahbisan, diwaktu sela, saya membuat rosario. Dan rosario itu saya berkati sehabis tahbisan dan saya berikan kepada orang-orang yang memintanya.
Saya sering bertanya kepada Tuhan "Siapakah aku ini, sehingga Engkau begitu baik kepadaku". Pesta selelah tahbisan membuktikan kebaikkanNya itu. Pesta syukuran dirayakan oleh umat dengan besar-besaran. Saya tidak kuasa menolakknya, inilah kelemahan saya. Pesta syukuran dan kaulan keluarga ditandai dengan tanggapan kroncong dan wayang kulit. Demikian terjadi di paroki ditempat saya menjalankan TOP, masa orientasi parstoral, mereka menanggap wayang ketika saya mempersembahkan misa perdana. Di paroki dimana saya menjalankan masa diakonat, mereka mesyukuri karunia panggilan ini dengan nanggap wayang, kroncong dan ketoprak. Dengan segala peristiwa ini, saya sering berpikir 'utangku begitu banyak', mereka yang mencintai saya pasti akan sangat-sangat kecewa bila saya sampai melepaskan jubahku. Maka setiap saat saya berjanji, untuk tetap setia dan memberikan diriku sepenuh kepada Tuhan sambil terus mencoba menjawab panggilannya dengan berkata "Ecce Venio'. Semangat bunda Maria ketika menjawab panggilan Allah untuk menjadi Ibu Tuhan, menjadi moto hidup imamat dan panggilan Tuhan; 'Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMU"
Peristiwa yang menyertai tahbisan saya itu menjadi semacam 'alasan' dalam pengabdian saya. Saya ingin memberikan sebanyak mungkin apa yang telah saya terima. Semuanya gratis, dan saya harus membagikannya dengan gratis pula. Saya merasa sangat menikmati panggilan ini, kebahagiaan adalah ukurannya. Saya sangat bersyukur kepada kongregasi yang telah memberi segalanya dalam hidup saya. Karenanya saya menjadi 'seperti' ini. Karenanya saya bisa kemana-mana dan menambah ilmu yang membuat saya bisa melayani umatNya dengan lebih baik. Karena utusannya saya boleh menikmati waktu pelayanan imamat saya 9 tahun diluar negeri. Kini, karena karunia tahbisan itu pula, aku diutus dan dipercaya untuk menjadi pelayan, pendamping dan teman, bapak dan guru bagi anak-anak muda yang ingin menjawab panggilanNya.
Terima kasih kepada para formator, para dosen dan teman-temanku seangkatanku. Terutama teman setahbisan Rm. Agustinus Setya Aji dan Indra Pamungkas yang menjalakan tugas pelayanannya di Philipina. Semoga dengan dukungan dan doa-doa para konfrater dan keluarga, kita tetap setia menjalani panggilan ini. Semoga diangka sial ini, namun penuh berkat karena bersamaan kita boleh ikut mulia dalam kebangkita Kristus, kita tetap diberi kekuatan untuk tetap setia dan menjadi imam-imam kasihNya. Kuucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada 'simbok', kakak-kakak dan adikku, serta keponakan dan cucu, serta saudarku yang dengan setia berkumpul setiap tanggal 10 dalam bulan untuk berdoa secara khusus untuk panggilan imamatku ini. Mereka adalah sumber kekuatanku yang mendukungku dalam doa.
Kunantikan doa-doa dari umat Tuhan, semoga kami yang telah menyerahkan diri dan 'commit' akan panggilan ini mampu menjadi pelayan-pelayan Allah yang membawa damai bagi hidup umat, lahir dan batin. Semoga doa anda mampu membuat kami setia pada panggilan kami. Tetap setia berpegang pada moto pelayanan Jesus, 'Aku datang bukan untuk dilayani, tetapi melayani'. Selamat pesta dan Selamat Paskah. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Shalom and Love
MoTe van Kerala

No comments: